Ketika F1 Kehilangan Daya Pikat Salip-Menyalip: Regulasi Baru, Harapan Baru?
Mobil Formula 1 semakin cepat dari sebelumnya, namun pertarungan sengit di lintasan justru semakin jarang terlihat. Regulasi yang diperkenalkan pada tahun 2022 oleh FIA dan Liberty Media, yang bertujuan untuk meningkatkan tontonan balapan, tampaknya belum membuahkan hasil. Akankah ada perubahan signifikan dengan kehadiran aturan baru nanti?
Sensasi Sirkuit Baku yang Hambar
Lintasan lurus utama di sirkuit Baku adalah yang terpanjang di seluruh kalender Formula 1, hampir dua kali lipat panjangnya dari Monza. Namun, dua ribu dua ratus meter lintasan, dengan mobil mencapai kecepatan lebih dari 330 km/jam, tidak cukup untuk menghasilkan aksi salip-menyalip yang seru selama Grand Prix Azerbaijan. Ini tentu saja tidak dapat diterima, mengingat tujuan yang ditetapkan FIA saat peraturan teknis saat ini diperkenalkan pada tahun 2022.
Komentar pasca-balapan yang seragam dari Charles Leclerc, Lando Norris, Lewis Hamilton, dan semua pembalap yang memulai dari posisi belakang dengan harapan bisa melakukan comeback, cukup membuat patah semangat. Charles sendiri merasa sangat marah akibat kecelakaan kualifikasi yang mengakhiri rekor empat pole position berturut-turutnya bersama Ferrari di tepi Laut Kaspia.
Mengapa Formula 1 Kehilangan “Formula Salip-Menyalip”?
Bagaimana mungkin, hanya dalam empat tahun, Formula 1 kehilangan “formula salip-menyalip” yang dijanjikan FIA dan Liberty Media untuk menciptakan aksi di lintasan yang sama menghiburnya dengan pertunjukan yang telah dibangun Stefano Domenicali di sekitar Grands Prix? Alasannya terletak pada pertumbuhan performa mobil yang terus-menerus, didorong oleh pengejaran downforce aerodinamis maksimum di tikungan—faktor konstan bahkan dengan mobil generasi terbaru yang menggunakan aliran udara di bawah lantai untuk menghasilkan “ground effect”.
Perkembangan Teknologi yang Tak Terbendung
Bukan kebetulan jika Max Verstappen di Monza mencetak lap kualifikasi tercepat dalam sejarah Formula 1, dengan kecepatan rata-rata 264,68 km/jam, dan bahkan kecepatan rata-rata balapan pun menjadi rekor. Rekor lintasan terus berjatuhan di hampir setiap sirkuit. Ini adalah bukti kemajuan luar biasa yang dicapai oleh mobil dan ban, meskipun pengembangan mesin telah dibekukan selama bertahun-tahun untuk mengurangi biaya. Pujian patut diberikan kepada para insinyur terbaik dunia yang direkrut oleh tim-tim. Kerja konstan di wind tunnel memungkinkan mereka melampaui batas yang ditetapkan di awal setiap siklus regulasi, yang pada akhirnya membatalkan efek positif yang seharusnya dibawa oleh aturan tersebut.
“Korban” pertama dari evolusi ini adalah aksi salip-menyalip itu sendiri. Mobil kini menciptakan gelombang udara “kotor” di belakangnya yang mengganggu aliran udara mobil yang mengikuti, membuat duel jarak dekat menjadi sulit. Contoh paling mencolok terlihat di Baku, di mana menyalip menjadi rumit bahkan dengan bantuan sayap belakang DRS, yang dirancang untuk memberikan keuntungan 10 hingga 15 km/jam kepada pembalap yang mengejar atas mobil di depannya.
Menatap Regulasi 2026: Peluang dan Risiko
Tahun depan, regulasi akan kembali berubah. Revolusi terbesar dalam Formula 1 modern akan datang, dengan mobil, mesin, dan ban yang benar-benar baru, termasuk sistem hybrid yang didesain ulang dalam power unit. Ini bisa menjadi kesempatan bagi Ferrari dan Mercedes untuk membalikkan hierarki saat ini yang menempatkan McLaren dan Red Bull di depan.
Namun, ada juga risiko. Kesenjangan performa di posisi teratas bisa melebar alih-alih menyusut. Mobil baru, yang pada awalnya seharusnya lebih lambat dari yang sekarang, mungkin tidak selalu lebih menyenangkan untuk dikendarai oleh para pembalap. Dan sekali lagi, para otak aerodinamis brilian—dimulai dengan Adrian Newey—bekerja tanpa lelah untuk mendapatkan kembali downforce dan mengeluarkan performa ekstra.
Mencari Resep Spektakel Sejati
Singkatnya, masalah salip-menyalip yang minim atau terlalu artifisial bisa segera muncul kembali. Di masa depan, Formula 1 harus menemukan resep yang berbeda untuk tontonan balapan. Mungkin dengan mengikuti keinginan para pembalap, yang mendambakan mobil yang lebih ringan dengan grip mekanis lebih banyak dan aerodinamika yang tidak terlalu kompleks, seperti yang dikendarai Michael Schumacher dan Mika Hakkinen dua puluh tahun lalu. Itu mungkin yang diperlukan untuk kembali menyaksikan aksi salip-menyalip yang sesungguhnya. Yang dibutuhkan hanyalah mendengarkan mereka.
(SA/GN)
sumber : scuderiafans.com
Leave a comment