Penyesalan Abadi Ole Gunnar Solskjaer: Ingin Bungkam Roy Keane Karena ‘Miss’ di Semifinal Liga Champions 2002

Ole Gunnar Solskjaer mengakui ada satu pertandingan yang sangat ingin ia mainkan kembali untuk mencetak gol dan “membungkam Roy Keane”. Momen tersebut adalah saat ia gagal memanfaatkan peluang emas di semifinal Liga Champions 2002, yang hingga kini masih menjadi bahan ledekan dari mantan kapten Manchester United itu.

Konteks Perjalanan United di Eropa

Meskipun Manchester United begitu mendominasi Premier League di era Sir Alex Ferguson, raihan di panggung Eropa terbilang lebih sulit. Sepanjang periode kesuksesan yang membentang hampir 30 tahun, Ferguson hanya berhasil meraih dua trofi Liga Champions, sebuah fakta yang sering membuat para pemain meratapi peluang yang terlewatkan.

Salah satu tim yang berhasil menyingkirkan United di Liga Champions adalah Bayer Leverkusen pada musim 2001/2002. Klub Jerman tersebut berhasil melaju hingga final, sebelum akhirnya kalah dari Real Madrid. Mereka mengalahkan United dengan keunggulan gol tandang.

Laga leg pertama di Old Trafford berakhir imbang 2-2, dengan Oliver Neuville mencetak gol penyeimbang di menit-menit akhir untuk Leverkusen. Hasil ini membuat United berada dalam posisi kurang menguntungkan saat bertandang ke Jerman untuk leg kedua. Di Leverkusen, United hanya mampu bermain imbang 1-1. Roy Keane sempat mencetak gol untuk Setan Merah, namun hasil tersebut tidak cukup.

Momen Krusial yang Selalu Diungkit Keane

Dalam pertandingan leg kedua yang krusial itu, Diego Forlan sempat melihat tendangannya dihalau di garis gawang. Tak lama kemudian, Ole Gunnar Solskjaer mendapatkan umpan matang di dalam kotak penalti dari Ryan Giggs. Namun, penyerang Norwegia itu terburu-buru melepaskan tembakan dan melambungkan bola yang memantul di atas mistar gawang dari jarak dekat. Momen inilah yang sampai sekarang masih sering diungkit oleh Roy Keane.

Solskjaer mengungkapkan perasaannya kepada BBC: “Ada satu pertandingan yang ingin sekali saya mainkan lagi dan mencetak gol untuk membungkam Roy Keane. Itu adalah semifinal Liga Champions melawan Bayer Leverkusen. Setiap kali saya bertemu Roy, dia selalu menyebutkan peluang yang saya lewatkan ini. Bola berada tepat di belakang saya, itu adalah sebuah half-volley, saya menendangnya sedikit di atas mistar dan kami kalah karena gol tandang. Jadi setiap kali saya melihat Roy, dia selalu menyebutkan itu. Itulah satu-satunya hal yang ingin saya ubah dalam sejarah.”

United harus mengakhiri musim itu tanpa gelar, meratapi satu lagi peluang Liga Champions yang terlewatkan. Bahkan baru-baru ini, Keane masih saja mengungkit kegagalan Solskjaer itu.

Komentar Jujur dari Roy Keane

Saat berbicara di acara “Stick to Football”, mantan gelandang tangguh asal Irlandia itu mengakui bahwa kegagalan Solskjaer masih menghantuinya. Ia berkata: “Saya tahu kita harus move on, tapi Bayer Leverkusen – saya masih bisa melihat peluang Ole di pertandingan itu. Saya mengungkitnya setiap kali bertemu dia sekarang, saya masih menyebutkan peluang yang dia lewatkan! Lupakan betapa briliannya dia – saya bilang, ‘sialan, tendang ke gawang!’”

Warisan yang Berbeda di Camp Nou

Meskipun ada penyesalan atas miss di Leverkusen, nama Solskjaer telah terukir dalam buku sejarah Manchester United berkat golnya yang memenangkan Liga Champions pada tahun 1999. Ia masuk sebagai pemain pengganti dan mencetak gol di menit-menit akhir pertandingan, membawa United meraih kemenangan dramatis atas Bayern Munich di Camp Nou. Gol tersebut melengkapi treble winner legendaris bagi klub.

Momen kontras antara gol kemenangan di final 1999 dan peluang yang terlewatkan di semifinal 2002 menunjukkan sisi lain dari karir sang “baby-faced assassin”, di mana bahkan legenda pun memiliki penyesalan yang terus-menerus diingatkan oleh rekan setimnya yang blak-blakan seperti Roy Keane.

(LC/GN)
sumber : www.mirror.co.uk